14
Sudah terhitung 8 bulan semenjak masa berkabung tersebut. Muka Papimu tampak lebih cerah. Bukan karena masa berkabungnya telah lewat, bukan, namun ini karena semua email yang Papimu kirimkan kepada adik perempuannya telah dijawab semua. Iya, Papimu kembali tersambung dengan keluarganya. Keluarga yang sangat ia cintai.
Memang butuh waktu bagi adiknya Papi untuk menjawab email Papi; karena ia harus pulang ke rumah untuk berkabung, balik lagi ke New York, kemudian mempersiapkan kelasnya yang padat. Ia jelas tidak mengacuhkan Papi. Ia sayang Papi katanya.
Adik Papi itu juga menjelaskan kronologis kematian Ayah. Katanya ayah jatuh di kamar mandi, diperparah dengan serangan jantungnya. Ayah sama sekali tidak tertolong. Ia juga menceritakan apa saja kesibukannya selama ini, namun anehnya, sepertinya adik Papi ini jarang sekali menceritakan keluarga yang lain. Namun walau begitu, walaupun pertanyaan Papimu tentang kabar ibunya atau adik-adik lelakinya tak dijawab, ia tetap senang, wajahnya tampak bahagia seharian penuh. Ia bahkan mencetak beberapa surel panjang dari adiknya dengan mesin printer.
Juga Papimu balas menceritakan kehidupan kita di sini. Ia jadi rajin memfoto dirimu! (Padahal Papi itu paling anti untuk memfoto Putri Cantik Papa jikalau tidak di studio, privasi katanya) semua foto tersebut akan ia kirim ke adiknya dengan ucapan-ucapan manis.
Papa juga sesekali mencoba mengirim surel kepada adiknya Papi. Awalnya Papa yakin bahwa surel Papa tidak akan dijawab. Papa sudah membawa lari kakak lelakinya pergi dari keluarga, Papa pantas dibenci. Namun berbanding terbalik dengan pikiran Papa, adiknya Papi membalas email Papa dengan heboh, ia tak menyangka bisa berkomunikasi dengan abang iparnya katanya.
Ya, abang ipar.
Papa baru pertama kali mendengar kata tersebut disematkan pada Papa, dan tak akan berani untuk meminta julukan tersebut dirujuk pada Papa. Namun Papa akhirnya memilikinya, adik Papi juga meminta Papa untuk menganggapnya sebagai adik ipar dan berkata bahwa keponakannya, Putri Cantikku, adalah gadis yang manis.
Kini bukan Papimu sajalah yang menangis meraung-raung, Papa juga. Papa menangis karena akhirnya tau, oh, rupanya kami—aku, suamiku, dan anakku—tidak sendirian di dunia ini, rupanya kami ada keluarga.
Kalian adalah satu-satunya yang Papa miliki. Papa tidak pernah lagi berkomunikasi dengan keluarga Papa dari hari Papa keluar dari rumah hingga sekarang. Namun Papa merasa sangat senang ketika tau bahwa kita rupanya masih ada keluarga, kita tidak sendiri.
Maka ketika musim panas saat umurmu sudah 6 tahun, Papi bersorak gembira, membuka jendela lebar-lebar, memasak banyak makanan, membersihkan rumah besar-besaran, membelikan Putri Cantik Papa banyak baju baru untuk menyambut kedatangan keluarganya—adik ipar Papa datang berkunjung ke rumah. Akhirnya rumah kita kedatangan keluarga.