15

Kamu berusia 7 tahun saat kamu bertanya “Papi, kenapa Kakak ngga ada mama?”

Kami sudah sangat mengantisipasi hari ini akan datang.

Papa ingat, hari dimana kamu menanyakan pertanyaan pertama tadi adalah hari dimana kamu baru saja balik dari perjalanan ke kebun binatang dengan anak kelasmu. Papa sedang enak-enaknya memeluk dirimu karena rindu seharian tidak bertemu, malah tiba-tiba tercekat kemudian panik sendiri ketika pertanyaan itu terlontar.

Kamu berkata bahwa ketika para orangtua menjemput anak-anak dari kebun binatang tadi, semuanya memiliki mama, hanya kamu saja yang tidak. Papi terkekeh. Ia elus mukamu kemudian mengecup pipi gembil anak cantik papa.

“Kenapa harus punya mama kalau Papi bisa jadi papa juga mama kamu?”

Dan hari itu pun berakhir tenang dengan Papi yang menertawakan wajah panik Papa.

Namun tidak hanya sampai disitu saja. Ketika kamu berusia 10 tahun, saat kamu masuk kelas biologi pertamamu, kamu berkata, “Papa, kata guru Kakak, bayi lahirnya dari perut wanita, kemudian gimana caranya Kakak lahir?”

Papa sekali lagi panik. Otak Papa rasanya kosong. Papa yang saat itu sedang minum kopi di meja makan langsung menatap panik Papimu yang sedang memanggang roti di dapur, meminta bantuan dari sang ahli.

Namun Papimu itu hanya tersenyum santai, membawa sepiring roti bakar dengan santainya ke atas meja.

Lalu ketika ia telah berdiri di depanmu, ia pun tersenyum, memegang perutnya dengan senyuman. “Kamu lahirnya ga dari sini. Tapi dari sini,” tangan yang ada di perut tersebut kemudian berlabuh menuju dada kiri Papi.

“Kamu lahirnya dari hati, Sayang,”

Dan hari itu pun terselamatkan dengan dirimu yang memeluk Papi erat.

Kamu itu adalah anak yang luar biasa. Kamu tumbuh kembang menjadi gadis yang luar biasa, menjadi anak cerdas, menjadi seorang wanita anggun. Papa dan Papimu kadang menangis saat memikirkan putri kecil kami sudah memiliki pacar (katakan kepada Johnny pacarmu itu kalau Papa masih menunggu ia lulus kuliah baru bisa melamar dirimu) bayi kecil kami sudah menjadi manusia yang kami angankan.

Bibimu, ketika berkunjung ke rumah, pernah bertanya, “kakak pengennya anak kakak jadi apa? Jadi dokter? Jadi pilot? Jadi pengusaha?” kepada Papi.

Papi hanya menjawab. “Jadi orang berguna saja sudah cukup. Jadi dirinya saja,”

Dan disinilah dirimu Putri Cantikku, menjadi orang yang berguna, menjadi permata kami. Menjadi segala-galanya yang kami punya.

Bahkan Papa sekarang sering membacakan tiap pesan masuk yang kamu kirim ke Papa kepada Papimu yang masih juga belum bangun dari komanya.

Kamu yang baik ya sayang kerjanya di sana. Semoga jikalau Papi sudah bangun dari komanya, kamu sudah bisa pulang ke rumah. Papa menulis surat sebanyak ini karena bosan dan rindu kamu, juga ocehan Papimu makanya Papa berpikir, kenapa tidak sekalian saja Papa menyiapkan kado ulangtahun untuk Cantiknya Papa. Papa sebenarnya merasa kesepian, tapi untung saja kamu tiap hari mengirimkan pesan kepada Papa, kamu obat dalam rasa kesepian Papa.

Oh, suster sudah mau masuk ke ruangan Papi. Papa pamit dulu ya, Sayang. Mungkin besok Papa akan mengirim semua surat ini ke Tokyo.

Salam sayang dari Papa teruntuk Putri Cantikku,

Mark Lee.