2
Tahun 1996, tahun dimana lagu-lagu Kahitna berkumandang di seluruh radio, tahun dimana ekonomi mulai memburuk namun orang-orang dengan style necis-nya tetap tertawa sambil menyanyikan lagu 'Wanna Be', tahun dimana teman-teman Papa menabung demi bisa membeli walkman, tahun dimana BEM universitas mengadakan pertandingan olahraga, sebuah pertandingan voli antar fakultas.
Waktu itu siang hari, sorai-soraian suporter tiap fakultas terus menderu, tak peduli hawa yang sudah sangat panas, tak peduli perut yang sudah berbunyi keroncongan sebab sudah jam makan siang. Semuanya bersemangat, termasuk Papa. Waktu itu tim fakultas Papa, FEB, sudah masuk ke babak semi final, Papa dan teman-teman lainnya berteriak kencang menyemangati teman yang sedang bermain, bahkan kaos Papa sudah basah kuyup oleh keringat.
Pertandingan itu berjalan epik sampai jam dua setengah siang. Tanpa makan, tanpa minum, drum dan korsa FEB terus bergema.
Namun selayaknya manusia biasa, Papa tentu saja haus. Ketika pertandingan sudah hampir mencapai akhirnya, Papa berlari keluar dari gerombolan mahasiswa FEB, berjalan ke belakang menuju tempat yang kata teman Papa ada minuman gratis untuk para suporter.
Papa yakin Papa sudah pergi ke tempat yang tepat (katanya di samping kiri toilet lapangan voli, Papa yakin lapangan voli ini hanya ada satu toilet) namun tak seperti 'tempat pembagian apapun yang berbau gratis' biasanya, tempat duduk itu kosong melompong, tak ada orang yang duduk apalagi gerombolan orang di sana.
Papa hendak membalikkan badan, hampir saja tertawa karena malu salah tempat. Namun satu tangan yang tiba-tiba terangkat sambil memegang sebuah minuman mineral gelas membuat langkah Papa terhenti. Papa mengerutkan dahi menatap orang itu yang rupanya sedari tadi duduk di section penonton kosong—section yang katanya ada minuman gratis. Papa sama sekali tak menyadarinya tadi.
“Mau minum?”
Dan itulah saat pertama kali Papa bertemu dengan wajah indah itu. Wajah cuek dengan kulit tan yang bersinar tertimpa matahari panas.
1996, saat pertama kali sang matahari senja bertemu dengan dinginnya malam.