8

Papa punya tabungan yang lumayan banyak hasil dari berjualan kaos oblong ketika awal masuk kuliah dulu. Papimu juga punya, setidaknya 150.000 Rupiah hasil kerja kerasnya mengajar les sana-sini.

Kami awalnya berencana ingin pergi ke Thailand, namun suatu hari Pipimu berteriak di pagi-pagi buta “AKU MIMPI KITA PUNYA ANAK DI KANADA!” bak lupa bahwa kami berdua adalah laki-laki.

Namun mimpi konyol itu dianggap serius oleh Pipimu karena ia berujar bahwa “aku melihat masa depan,” dan rencana perjalanan pun berubah. Dari yang tadinya kami sudah bersiap di bulan depan untuk mengurus kepindahan ke Bangkok, malah terundur untuk waktu yang tidak diketahui agar bisa menabung mencukupi biaya kami pindah dan tinggal di Kanada.

Kami tinggal di sebuah kostan pria. Satu kamar berdua. Tidak ada yang aneh, tidak ada yang curiga. Kami juga selalu ingat untuk menjaga tata krama. Kota baru yang kami tinggali ini ialah kota metropolitan, tak seperti kota asal Papa, kota ini berisikan orang-orang cuek yang lebih memilih duit daripada cerita tetangga.

Lalu sudah 21 bulan kami tinggal di kostan ini. Hidup menjadi lebih indah rasanya, hanya ada kami berdua dengan segala angan dan ambisi yang kami punya. Walaupun kami terkadang harus kesusahan karena masalah finansial, namun bak orang-orang bodoh yang sedang jatuh cinta sejati, asalkan kami punya satu sama lain semuanya terasa ringan, terasa indah. Di bulan ke 23 pula visa tinggal dan segala macam urusan finansial kami terselesaikan, inilah dia saatnya, saat kami menjemput kehidupan baru di negeri yang baru.