Jam 10 malam. Jalanan sudah begitu sepi. Angin sepoi-sepoi pun berhembus dingin. Lucas berjalan melewati malam, melewati trotoar berusaha pulang.

Sudah jam 10 malam. Ia seharusnya pulang jam 6. Telat 4 jam. Tapi bagaimana lagi, demi bisa makan, Lucas harus rela lembur sampai malam-malam buta. Ia hanya mahasiswa semester akhir biasa yang sedang berusaha mengumpulkan uang, lembur adalah hal biasa menurutnya.

Rumah di ujung jalan adalah rumah kost-nya. Rumah tersebut cenderung kecil untuk dijadikan kost-kostan memang, bahkan hanya ada 3 kamar di dalam rumah itu—yg lebih parahnya lagi satu kamar digunakan sebagai gudang. Ia tinggal dengan si pemilik kost. Seorang lelaki berusia 35 tahun—10 tahun lebih tua darinya—yang dengan senang hati memberikannya tumpangan untuk tinggal.

“Oh udah pulang,” sebuah suara terdengar dari ruang tamu yang temaram. Lucas merapikan sepatunya, menatap sekeliling mencari keberadaan si punya suara.

Tampak di ruang tengah—yang dari ruang tamu pun bisa kelihatan—ada seorang lelaki yang sedang goleran di depan TV yang mati sambil bermain ponsel. Itu dia si bapak kost, si lelaki yang tengah menunggu ia pulang, si Jungwoo.

Lucas bergegas menuju ke ruang tengah. Tampak Jungwoo yang begitu fokus bermain dengan ponselnya, sama sekali tak peduli pada dirinya yang berdiri menjulang di depan lelaki itu, seakan sapaannya tadi bukan dia lah yang melontarkannya. .

Ketika Lucas terduduk, merunduk untuk semakin dekat dengan Jungwoo, lelaki itu malah cepat mengganti posisinya. Ia memunggungi Lucas. Tangan kiri di ponsel, tangan kanan menopang kepala.

Jadi mau tak mau Lucas ikut berbaring. Ia selipkan badannya di belakang Jungwoo, kepalanya ia taruh di bahu Jungwoo yang tertutup kain satin baju tidurnya. “Lihat apa sih? Kok serius banget?”

Suara di dekat telinganya membuat Jungwoo bergetar geli. Ia bergerak gelisah. “Ga ada. Cuma bosen aja,” katanya sambil lanjut menggulirkan ponsel.

Lucas terkekeh. Ia semakin mengeratkan pelukannya pada pinggang Jungwoo, hidungnya ia bawa untuk mencium rambut Jungwoo. Yang dimanja-manja cuma diam aja, Jungwoo masih sibuk bermain ponselnya.

Duh, bapak kost-nya si tukang ngambek. Lucas memang tak keberatan kalau dia harus lembur, tapi satu orang ini lebih marah-marah penuh keberatan terhadap kerja lemburnya daripada dirinya sendiri.

Jadi dengan inisiatif lain, Lucas bawa naik tangannya kemudian mengelus lengan si bapak kost. “Kamu goleran di sini hanya untuk main hape?” Tanyanya.

“Iya,” Jungwoo menjawab cepat. Sama sekali tampak tak tertarik dengan Lucas.

Lucas terkekeh. Kalau ngambek kenapa malah lucu banget ya si bapak kost ini. “Beneran?” Godanya. Ia bertopang pada tangan kanannya, mengangkat kepalanya agar bisa melihat wajah Jungwoo.

“Beneran!” Dan meledak lah Jungwoo. Ia lepaskan pandangnya dari ponselnya. Kepalanya menengok ke belakang menatap Lucas dengan pandangan tajamnya “Kenapa sih lihat-lihat tanya-tanya. Mending balik kerja aja sana gih,”

“Aku udah selesai kerja lho,” Lucas menggoda, bibirnya pun maju menggoda pipi Jungwoo.

“Ih jangan cium-cium!” Jungwoo berseru. Tangannya mendorong wajah Lucas yang telah menciumnya sekali, kemudian mengerut seakan ia risih.

“Tapi aku pengen cium,” Tapi Lucas tak menyerah, ia masih menggoda Jungwoo.

“Ga mau! Ga mau—”

Cup!

Cup!

Cup!

Tiga buah kecupan bertubi-tubi dilayangkan Lucas papa pipi Jungwoo. Jungwoo masih mengerut, tapi kini bibirnya tertutup sama sekali tak berkutik.

“Maaf ya hari ini aku lembur,” begitu kata Lucas diakhir kecupannya. Matanya bertemu mata Jungwoo.

“Aku ga maafin,” Jungwoo masih tetap bertahan ngambek. Ia memalingkan mukanya dari Lucas.

Memang susah kalau Jungwoo udah ngambek begini. Dia bakalan ngambek berjam-jam. Lucas lagi ga mau lihat Jungwoo ngambek, dia lelah habis pulang kerja, setidaknya dia mau lihat senyumnya Jungwoo malam ini.

“Oh gitu ya,” Lucas bergumam. Nada suaranya terdengar seperti bodo amat, tapi tangannya berkata sebaliknya. Tangan besarnya yang memeluk Jungwoo kini perlahan menyelusup masuk ke celana tidur satin longgar lelaki itu. Tak tanggung-tanggung, Lucas menyelusup semakin dalam, semakin dalam sampai-sampai melewati celana dalam, semakin dalam sampai tangan hangatnya langsung bertemu dengan kontol Jungwoo yang—oh? Sudah mengeras?

“Lucas!” Jungwoo berteriak panik. Kakinya tegang menahan geli, tangannya menegang menggenggam lengan Lucas, mencoba menahan tangan itu agar tak berbuat apa.

Tapi telat, Lucas terkekeh. Ia kecup leher Jungwoo. “Kangen aku banget ya?” Cibirnya sambil mengelus batang keras Jungwoo.

Jungwoo terkesiap pada belaian Lucas. Jari jemari lelaki itu membungkus kontolnya hangat. Ujung jempol Lucas bergeriliya di pangkal kontol Jungwoo, mengganggu lubang kencingnya yang kalau dielus-elus terus seperti ini ia pun tak akan tahan.

“Udah … udah ….” terbukti muka Jungwoo yang belum diapa-apakan juga sudah memerah. Ponselnya entah ia buang ke mana, kini kedua tangannya berpegang erat pada tangan Lucas.

“Aku ga ngapa-ngapain,” elak Lucas. Sebelum pembelaannya dibantah, ia telah lebih dulu mengangkat jempolnya dari lubang senggama Jungwoo. Menyisakan hanya jari jemarinya yang menggenggam longgar kontol Jungwoo.

“Aku mau tidur!” Jungwoo menggerakkan badannya sedikit agar wajahnya bisa menatap wajah Lucas, mukanya mengerut menatap tampang menggoda-bercanda lelaki itu.

“Yaudah sini aku tidurin,” Lucas bisa apa kan selain menuruti perkataan Jungwoo?

Pipi Jungwoo dikecup. Bertubi-tubi seperti tadi hingga naik ke dekat matanya.

“Buka kakinya lebar-lebar, aku boboin ya,” dekat dengan telinga, bisikan Lucas terdengar.

Jungwoo memejamkan matanya saat Lucas–dari dalam celananya–menyentuh pahanya kemudian dengan perlahan menuntun paha tersebut untuk terbuka melebar. “Taruh kaki kamu di aku,” begitu kata Lucas sebelum pegangannya pada paha Jungwoo ia lepas.

Jungwoo menurut. Ia kali ini lebih memilih menurut dan menutup matanya. Ia peluk badan Lucas di belakangnya dengan kakinya. Lalu di dalam sana, tangan Lucas dapat leluasa mengeksplor dirinya. Semakin dalam semakin dalam sampai jari jemari panjang pacarnya itu sampai di depan lubangnya.

“Eh?” Lucas bergumam kaget. Matanya terbuka lebar dan bibirnya tertawa penuh kekeh. “Habis pakai lube ya?” tawa Lucas mempergoki lubang berkedut itu sudah basah sebelum ia santap.

Jungwoo yang tadi sudah menutup mata menikmati tiap eksistensi Lucas pada dirinya kini matanya terbuka lebar lagi. Kepalanya sontak melengok ke belakang sedikit, menatap Lucas dengan mata yang membulat.

“Maaf ya bikin kamu nunggu,” dan begitu respon Lucas dengan senyuman di wajahnya.

Jungwoo memutar bola matanya pada tiap senyuman yang terus dilontarkan Lucas. Oh, dia tersenyum seakan ia tak apa-apa, seakan hanya Jungwoo yang bergairah, hanya Jungwoo yang mendamba. Lucas sama santai dan jahilnya seperti ia yang biasanya.

Tapi tau kah Jungwoo, terasa kah Jungwoo bahwa di belakangnya, Lucas secara pelan tapi pasti menggesekkan selangkangannya pada pantat Jungwoo. Bersamaan dengan gesekan itu, tangan Lucas juga mulai memanjakan lubang Jungwoo. Ia elus mulut lubangnya, merasakan lubang itu yang seakan sudah tak sabar menunggunya datang, begitu berkedut seakan hendak menelan jari telunjuknya masuk.

Apapun yang Jungwoo mau, itu yang Jungwoo dapat. Jadi Lucas biarkan jarinya masuk terpleset ke dalam lubang Jungwoo. Tanpa perlu usaha pun setengah jari telunjuk panjangnya sudah masuk dengan mudah ke lubang Jungwoo. Panas dan beceknya lubang itu langsung membalur telunjuk Lucas.

Lucas tak ingin berlama-lama, sekarang sudah terlalu larut, jadi dengan satu kecupan kecil yang ia layangkan di pipi Jungwoo, jari telunjuknya itu pun mulai bergerak.

“Luke …!” bunyi becek dan teriakan Jungwoo menandakan awal permainan jari Lucas. Lucas tak mau bertele-tele kan jadi dia langsung saja menghantam lubang Jungwoo cepat.

Jungwoo terlonjak-lonjak sambil mencoba bernafas dengan benar pada tiap kocokan Lucas di lubangnya. Tangannya memegang erat lengan Lucas yang sedang memanjakannya, kali ini bukan untuk menghentikan, bukan, ia memegang erat tangan tersebut memberi permintaan agar bergerak lebih.

Jungwoo tak tau sejak kapan rasanya dirinya telah hilang akal hendak melayang hanya berpusat pada jari Lucas di senggamanya. Lucas telah menemukan titik manisnya entah dari kapan. Bunyi becek semakin deras terdengar sampai-sampai Jungwoo bisa saja berpikir akan ada banjir yang terjadi di bawah celananya.

Lubang Jungwoo rasanya semakin menyempit. Senggama lembut tersebut pun rasanya telah memeluk jari Lucas begitu erat, sampai-sampai jari itu rasanya tak bisa bergerak lebih jauh lagi. Sudah saatnya Jungwoo untuk tidur, pikir Lucas. Bunyi basah seperti bunyi permen basah yang ditarik paksa dari tempatnya menempel terdengar. Lucas mengeluarkan jarinya dari lubang Jungwoo.

Plop!

Ia tak bermaksud untuk menghentikan permainannya, ia mau menyelesaikan permainannya. Sudah saatnya Jungwoo tidur, itu pikirnya sedari tadi. Jadi jari basah itu kini naik berpindah pada kontol Jungwoo. Oh, Jungwoo sudah super duper basah, panas, tegang, dan bergetar. Lucas mungkin perlu membantu sedikit di sini. Sebenarnya tanpa disuruh pun ia pasti akan membantu Jungwoo.

“Enak?” begitu bisik kecil Lucas pada Jungwoo yang mukanya sudah mengerut memerah, liurnya menetes dari mulutnya yang terbuka mendesah. Bersamaan dengan bisikan itu, Lucas pun mulai menggenggam kontol Jungwoo. Ia kocok, kocok keras sampai bunyi basah tersebut kalah oleh suara desahan Jungwoo.

“Luke … Luke … please~ anh~”

Lucas merasakan urat-urat halus menabrak telapak tangannya saat ia mengocok kontol itu semakin cepat. Tak lupa pula jari jempolnya ia bawa naik ke atas, mengelus lubang kencing Jungwoo.

“AKH!~”

Hanya dalam 2 kali usap, banjir di bawah celana Jungwoo pun benar-benar terjadi.

Jungwoo bergetar. Badannya membusur ke atas menikmati surganya.

Lucas perlahan mengeluarkan tangan basahnya dari celana Jungwoo. Ia kecup pipi kesukaannya itu kemudian berujar, “Ayo tidur di kamar,” katanya menggendong badan yang lebih tua.

Lucas sebenarnya tak pernah tau bagaimana laki-laki berusia pertengahan 30 tahunan dapat sebergairah itu, sebergairah Jungwoo padanya. Ia manja, ingin dimanja tapi kadang sering ngambek sampai-sampai awal mereka jadian, Lucas sering bingung pada mood remaja 30 tahunan itu. Tapi sudah setahun mereka bersama dan panggil saja lah Lucas sebagai pawang Jungwoo karena iya, pada dasarnya ia telah hafal semua tingkah laku keinginan hal yang paling dihindari Jungwoo sekalipun. Jadi kalau dulu Lucas harus mikir seribu kali keliling untuk tau gimana caranya biar Jungwoo ga ngambek lagi, kini dia ahlinya, oh, hormon di usia 30 tahunan memang sedang meledak-ledaknya. Bukan, bukan Lucas, dia masih 24 tahun. Jungwoo, dia 35 tahun tahun ini.

Jangan tanya bagaimana ceritanya dia bisa bercinta dengan pria 10 tahun lebih tua darinya. Ini hanya kisah klasik pemilik kost dengan penyewa yang sering gak punya duit, kok. Hanya kisah cinta biasa dengan bumbu-bumbu hasrat di dalamnya. Lucas sedang berusaha untuk mencari uang kan, dan Jungwoo datang menawarkan tempat tinggal layak padanya tanpa harus mengeluarkan uang, ia bisa berhemat. Kalau begitu, selamat tidur untuk Jungwoo, dan selamat mandi air dingin malam ini Lucas.